Assalamu'alaikum. Selamat datang di blog yang saya buat jauh dari sempurna ini. Semoga bermanfaat...

MasyaAllah

Friday, March 28, 2008

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya Bagi Kesehatan


Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga

Hidayatyullah.com--Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur'an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur'an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

"...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al-Quran bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali 'Imraan, 3:134)
Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al-Quran. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih - memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan -sebagaimana segala sesuatu lainnya - haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur'an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Source: Hidayatullah online

Friday, March 7, 2008

Indikator Cinta

Karena cinta datang dari Allah maka tidak berdosa jika kita mencintai seseorang. Tetapi sekarang ini banyak yang menyalahgunakan perasaan cinta itu. Cinta yang tulus adalah cinta yang tanpa disertai nafsu.Tapi nyatanya banyak yang menyaahgunakannya dengan jalan pacaran.Padahal apa sih yang kita dapatkan dari pacaran??????!!!!!
Pacaran hanyalah menambah dosa kita!!!!!
Dengan berpacaran berarti seseorang telah mengobral harga dirinya . Padahal seharusnya kita menjadikan seseorang yang kita cintai sebagai media berkarya & lebih mendekatkan diri dengan Allah. Cinta yang indah dan tulus lahir dari batin dan hanya teruntuk sang Khaliq.

Dibawah ini indicator cinta menurut Al-Qusyairi & Ibnu Qayyim Al Jauziyah
01. Tandensi atau interes yang menetap di dalam hati disertai rasa sangat kasih
02. Mementingkan kekasih yang mengalahkan pada semua teman dekat
03.Kesesuaian/ kecocokan antara kedua belah pihak, baik ketika bertemu ataupun berjauhan
04.Menghilangkan sifat-sifat atau karakter-karakter sang pecinta agar menetapkan sifat-sifat sang kekasih
05. Takut meningalkan kehormatan yang disertai dengan pelayanan
06. Pembebasan diri seluas-luasnya dan memperbanyak rasa cinta yang semula sedikit
07. Meraih ketaatan dan meninggalkan perselisihan
08. Identifikasi sifat-sifat sang kekasih untuk menggantikan sifat-sifat sang pecinta, sehingga diri pecinta selalu menyebut-nyebut sifatnya
09. Memberikan seluruh yang dimiliki pada sang kekasih, sehingga tak tersisa sedikit pun pada dirinya
10. Menghapus (ingatan, perhatian, ketaatan dan keterpesonaan) selain sang kekasih di dalam hati
11. Kelezatan yang disertai dengan keasyikan
12. Rasa cemburu pada sang kekasih jika ada orang lain ikut mencintainya
13. Hasrat yang dahan-dahannya tertanam dalam hati yangmembuahkan akal piiran, kesesuaian, dan ketaatan
14. Menghimpun darah sekaligus dan menumpahkannya
15. Takkan habis dengan perceraian dan takkan bertambah dengan kebaikan
16. Dapat meruntuhkan rasa malu dan sopan santun
17. Keteguhan hati bersama sang kekasih dengan menganngalkan ego pribadinya
18. Mengabaikan kecenderungan diri tanpa berharap memperoleh apa-apa
19. Berawal dari tipuan dan berakhir pada pembunuhan
20. Sesuatu mengakibatkan kebutaan san tuli
21. Kecenderungan pada sesuatu secara total, yang mementingkan kekasih daripada jiwa, dan harta benda sendiri, sehingga tumbuh skesesuaian, baik yang tampak maupun yang rahasia, dan mengetahui kekurangannya untuk mencintai sang kekasih
22. Ketidakpatutan jika menduakan malainkan perlu penyatuan diri, jika bicara pada orang lain ia mengucapkan dengan kata “hai aku” bukan “hai kamu”
23. Bara kalbu yang dapat membakar apa saja selain dari kehendak sang kekasih
24. Pengerahan daya upaya dan senang melakukan apa yang dikehendakinya
25. Sesuatu yang bertujuan, jika tujuannya lenyap maka cinya pun ikut lenyap
26. Sesuatu yang memabukkan yang tidak dapat siuman kecuali menyaksikan sang kekasih
27. Kesibukan diri untuk mengikuti kehendak sang kekasih
28. Keinginan hati pada sang kekasih sehingga senantiasa menyebut-nyebut namanya
29. Menghindari diri dari perbuatan yang melupakan sang kekasih
30. Menghinakan diri sendiri untuk dapat perhatian dan kecintaan dari sang kekasih

Source : “Risalah Cinta” by Drs. Abdul Mujib, M. Ag.

Buah dari Kesabaran

Ini adalah cerpen pertama saya. Kalau bukan karena guru bahasa Indonesia saya member tugas membuat cerpen, mungkin saya tidak pernah membuat cerpen. Karena jujur sejak dulu kalau disuruh membuat cerpen, puisi dan pokoknya karya tulis yang lain saya selalu kesulitan. Alhamdulillah saya dapat menyesaikan cerpen pertama saya ini.


Buah dari Kesabaran

Aku adalah pelajar kelas 3 SMA. Aku hampir saja tak bisa melanjutkan sekolahku sampai jenjang SMA, namun barkat kebaikan dari kepalah sekolahku, aku mendapatkan beasiswa untuk meneruskan sekolahku. Aku berasal dari keluarga yang sangat tak berkecukupan. Bapakku hanyalah seorang tukang becak dan kadang merangkap sebagai kuli bangunan. Sedangkan ibuku menjual gorengan di depan rumah kami. Rezeki yang mereka dapatkan hanya cukup untuk makan kami sekeluarga. Aku lima bersaudara, sebagai anak tertua, aku harus turut membantu orangtuaku. Aku membantu ibuku menjajahkan dagangannya dengan cara menitipkan gorengannya di ibu kantin sekolahku. Kalau gorengannya masih tersisa banyak, aku menjajahkannya di terminal sepulang sekolah.

Walaupun aku hidup ditengah-tengah keluarga yang tak berecukupan, namun kehidupan keluargaku sangat religius. Kami semua tak pernah meninggalkan shalat. Orangtuaku selalu mengajaran kepadaku dan adik-adikku untuk selalu bersabar, ikhlas, dan selalu berikhtiar. Bapakku selalu mengatakan “ Allah tidak pernah member cobaan kepada hamba-hambanya lebih dari kemampuan mereka, sekarang memang kita hidup tak berkecukupan, namun siapa tahujika suatu saat nanti Alah menghendaki hidp kita jauh lebih baik dari sekarang.”

Meskipun hamper semua teman dikelas menyukaiku, namun masih ada saja satu dua anak yang tidak menyukaiku, mungkin mereka iri karena jujur, aku adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan diberi kecerdasan oleh-Nya. Suatu hari kepala sekolah memanggilku, beliau mengatakan bahwa tersedia beasisiwa ke Mesir tapi hanya untuk 2 siswa, dan beliau berharap akulah salah satunya. Krena persyaratan untuk mendapatkan beasiswa tersebut tidak mudah, yaitu harus hafal Al-Qur’an minimal 3 juz, ditambah yang menjadi testnya adalah bahasa arab dan pengetahuan tentang agama Islam, banyak siswa yang tidak berminat. Aku sangat bersyukur sekali karena inilah jalan yang diberikan Allah kepadaku. Aku sempat berfikir tak dapat melanjutkan pendidikanku sampai ke perguruan tinggi, namun sekali lagi inilah jalan Allah, aku teringat kata-kata bapakku “Allah akan member jalan bagi setiap hambanya yang bersabar dan berikhtiar”.

Hari kelulusan pun tiba, aku sangat bersyukur karena aku lulus dengan niai yang sangat memuaskan. Aku mendapatkan ucapan selamat dari bapak kepala sekolah karena nilai nemku adalah yang tertinggi disekolahku.dan teringgi ke 2 se provinsi. Aku sangat bersyukur sekali akan hal itu.

Disetiap kesunyian malam aku bersimpuh dan kupanjatkan do’a kepada sang Khaliq agar aku lulus dari test beasiswa ke Mesir tersebut. Aku dating ketempat dimana aku menjalani test, aku langsung menuju ke papan pengumuman, kubaca dengan teliti satu persatu nama-nama yang tercantum. Akhirnya pada urutan ke 66 kutemukan namaku “ Nurul ‘Ilmi”, ya “Nurul ‘Ilmi” nama yang 17 tahun lalu diberikan oleh orangtuaku, nama yang sangat padat namun bermakna “Cahaya ilmu”. Saat itu juga aku langsung bersujud syukur.

Tiba saatnya bagiku untuk pergi meninggalkan semua, ibuku, bapakku, dan adik- adikku. Sangat berat sekali bagiku untuk meninggalkan mereka. Sebelum keberangkatanku, aku sempat berkata pada adik laki-lakiku yang tertua Hasyim namanya. Dia berumur 14 tahun, aku berkata “Syim, selama kakak tak ada, kamu harus nurut sama ibu bapak, jaga adik-adik kita. Kamu harus bantu ibu bapak tapi kamu juga harus tetap belajar terus supaya kamu berprestasi dan terus bisa dapat beasiswa, itu kan sedikit memnatu beban ibi bapak.”

Dia hanya bisa menganggukkan kepalanya saja karena dia sudah sesenggukan menahan tangisnya. Diantara adik-adikku yang lain Hasyimlah yang paling dekat denganku. Dia adalah anak yang cerdas, penurut, tapi dia anak yang agak pendiam, dia selalu mengerti keadaan keluarga kita dan aku sangat bangga mempunyai adik seperti dia.

Kupeluk ibu dan bapakku erat-erat, kucium tangan mereka, ibuku hanya bisa berkata “hati-hati nak, semoga kamu menjadi orang sukses, jangan lupa beri kabar kalau sampai sana”. Perlahan kulepas tangan ibuku. Dengan langkah perlahan kutinggalkan mereka, kulambaikan tanganku. Mereka melepas kepergianku dengan derai airmata, tapi dibalik semua itu terbesit rasa bangga di mata mereka. Kini aku semakin menyadari bahwa Allah maha adil.

Pesan Syech Abdul Qadir Jailani

Syech Abdul Qadir Jailani berkata “Bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu “Boleh jadi dia lebih baik di sisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya”.
Jika dia orang yang lebih kecil & lebih muda umurnya daripada dirimu, maka katakanlah dalam hatimu “Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa, maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih tinggi daripada aku”.
Jika dia orang yang lebih tua, maka hendaknya engkau mengatakan dalam hatimu “Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada aku”.
Jika dia orang yang ‘alim, maka katakana dalam hatimu “Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tak bias aku raih, telah mendapatkan apa yang tak bias aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya”.
Jika dia orang yang bodoh, maka katakana dalam hatimu “Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku aku durhaka kepada-Nya, padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh ini akan Allah akhiri”.
Jika dia orang kafir, maka katakana dalam hatimu “Aku tidak tahu, bisa jadi dia akan masuk Islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi amalanku dengan amal yang buruk”.

Thursday, March 6, 2008

5 hal negatif yang saling bekaitan

1. Barang siapa selalu kenyang perutnya, maka banyak dagingnya
2. Barang siapa banyak dagingnya, maka besar syahwatnya
3. Barang siapa besar syahwatnya, maka banyak dosanya
4. Barang siapa banyak dosanya, maka keras hatinya
5. Barang siapa keras hatinya, maka ia akan tenggelam dalam lautan kenistaan dan kemewahan duniawi

Nasehat Yahya bin Mu’adz Ar-Razi

1. Ilmu itu Pembimbing amal
2. Pemahaman itu wadahnya ilmu
3. Akal itu penuntun pada kebaikan
4. Hawa nafsu itu kendaraan dosa
5. Harta itu pakaian orang-orang yang takabbur
6. Dunia itu pasarnya akhirat

Nasehat Ali Ibn Abi Thalib RA

• Barang siapa merindukan surga, maka ia akan bersegera dalam melaksanakan kebaikan
• Barang siapa takut siksa neraka, maka ia akan berhenti dan mengikuti nafsunya
• Barang siapa meyakini datangnya kematian, maka ia tidak akan terlena dengan kesenangan duniawi
• Barang siapa mengetahui bahwa dunia adalah negeri cobaan, maka semua musibah yang menimpanya akan terasa ringan

Tae Kwon Do

Tae Kwon Do adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Tae Kwon Do mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik semata, seperti keahlian dalam bertarung, melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental. Dengan demikian, Tae Kwon Do akan membentuk sikap mental yang kuat dan etika yang baik bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajarinya dengan benar. Tae Kwon Do mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga dengan mempelajari Tae Kwon Do, pikiran, jiwa, dan raga kita secara menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Orang yang mempelajari Taekwondo disebut Taekwondo-in.
Tae Kwon Do terdiri dari 3 kata, tae berarti kaki/menghancurkan dengan teknik tendangan, kwon berarti tangan/menghantam dan mempertahankan diri dengan teknik tangan, serta do berarti seni/cara mendisiplinkan diri. Maka jika diartikan secara sederhana, Tae Kwon Do berarti seni atau cara mendisiplinkan diri /seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong.
Mempelajari Tae Kwon Do tidak dapat hanya menyentuh aspek keterampilan teknik bela diri saja, namun harus meliputi aspek fisik, mental, dan spiritual. Tae Kwon Do dapat dipelajari siapa saja tanpa tergantung jenis kelamin, umur, dan status social. Sekarang Tae Kwon Do telah tersebar dan dipraktekkan oleh lebih dari 40 juta orang di seluruh prnjuru dunia.
Filosofi yang tercermin dari warna sabuk Taekwondo:
1.Putih melambangkan kesucian, awal / dasar dari semua warna, permulaan.
2.Kuning melambangkan bumi, disinilah milai ditanamkan dasar-dasar Taekwondo dengan kuat.
3.Hijau melambangkan hijaunya pepohonan, pada saat ini dasar Taekwondo mulai ditumbuhkembangkan.
4.Biru melambangkan birunya langit yang menyelimuti bumi dan seisinya, memberikan arti bahwa kita harus mulai mengetahui apa yang telah kita pelajari.
5.Merah melambangkan matahari; bahaya, artinya mulai menjadi pedoman bagi orang lain & mengingatkan harus dapat mengontrol setiap sikap/tindakan.
6.Hitam melambangkan akhir; lawan dari putih; kedalaman hal ini melambangkan kematanagn dalam berlatih dan penguasaan diri dari takut dan kegelapan.

Bahaya Menyia-nyiakan Salat

“Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelak) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui sesesatan. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh.” (Maryam: 59-60).

Ibnu Abbas berkata, “Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.”

Imam para tabi’in, Sa’id bin Musayyib berkata, “Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan salat duhur sehingga datang waktu asar; tidak mengerjakan asar sehingga datang magrib; tidak salat magrib sampai datang isya; tidak salat isya sampai fajar menjelang; tidak salat subuh sampai matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di neraka Jahanam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya.”

“Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan salatnya.” Al-Maa’uun: 4-5). Orang-orang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan salat.

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang orang-orang yang lupa akan salatnya. Beliau menjawab, yaitu mengakhirkan waktunya.”

Mereka disebut orang-orang yang salat. Namun, ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan Wail, azab yang berat. Ada juga yang mengatakan bahwa Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam, jika gunung-gunung yang ada dimasukkan ke sana niscaya akan meleleh semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan salat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali, orang-orang yang bertobat kepada Allah Taala dan menyesal atas kelalaiannya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9).

Para mufasir menjelaskan, “Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah salat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi.”

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.” (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Hasan Gharib.”)

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan, “Barang siapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedang yang tidak menjaganya, maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Firaun, Qarun, Haman, dan ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad).

Sebagian ulama berkata, “Hanyasanya orang yang meninggalkan salat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari salat. Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun. Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman. Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu.”

Mu’adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa meninggalkan salat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah Azza wa Jalla.” (HR Ahmad).

Umar bin Khattab berkata, “Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat.” Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, amal dalam Islam apakah yang paling dicintai oleh Allah Taala?” Beliau menjawab, “Salat pada waktunya. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama.”

Kala Umar terluka karena tusukan, seseorang mengatakan, “Anda tetap ingin mengerjakan salat, wahai Amirul Mukminin?” “Ya, dan sungguh tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat,” jawabnya. Lalu, ia pun mengerjakan salat, meski dari lukanya mengalir darah yang cukup banyak.

Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyia-nyiakan salat, Dia tidak akan mempedulikan sautu kebaikan pun darinya.”

Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, selain mengakhirkan salat dari waktunya dan membunuh seorang mukmin bukan dengan haknya.”

Aun bin Abdullah berkata, “Apabila seorang hamba dimasukkan ke dalam kuburnya, ia akan ditanya tentang salat sebagai sesuatu yang pertama kali ditanyakan. Jika baik barulah amal-amalnya yang lain dilihat. Sebaliknya, jika tidak, tidak ada satu amalan pun yang dilihat (dianggap tidak baik semuanya).”

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang hamba mengerjakan salat di awal waktu, salat itu –ia memiliki cahaya– akan naik ke langit sehingga sampai ke Arsy, lalu memohonkan ampunan bagi orang yang telah mengerjakannya, begitu seterusnya sampai hari kiamat. Salat itu berkata, ‘Semoga Allah menjagamu sebagaimana kamu telah menjagaku.’ Dan, apabila seorang hamba mengerjakan salat bukan pada waktunya, salat itu–ia memiliki kegelapan–akan naik ke langit. Sesampainya di sana ia akan dilipat seperti dilipatnya kain yang usang, lalu dipukulkan ke wajah orang yang telah mengerjakannya. Salat itu berkata, ‘Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku’.”

Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga orang yang salatnya tidak diterima oleh Allah: seseorang yang memimpin suatu kaum padahal kaum itu membencinya; seseorang yang mengerjakan salat ketika telah lewat waktunya; dan seseorang yang memperbudak orang yang memerdekakan diri.” (HR Abu Dawud dari Abdullah bin Amru bin Ash).

Beliau saw. juga bersabda, Barang siapa menjamak dua salat tanpa ada uzur, sungguh ia telah memasuki pintu terbesar di antara pintu-pintu dosa besar.”

Dalam sebuah hadis yang lain disebutkan, “Sesungguhnya orang yang selalu menjaga salat wajib niscaya akan dikaruniai oleh Allah SWT dengan lima karamah:ditepis darinya kesempitan hidup, dijauhkan ia dari azab kubur, diterimakan kepadanya cacatan amalnya dengan tangan kanan, ia akan melewati shirath seperti kilat yang menyambar, dan akan masuk surga tanpa hisab.

Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakannya niscaya akan dihukum oleh Allah dengan empat belas (14) hukuman: lima di dunia, tiga ketika mati, tiga di alam kubur, dan tiga lagi ketika keluar dari kubur.

Kelima hukuman di dunia adalah barakah dicabut dari hidupnya, tanda sebagai orang saleh dihapus dari wajahnya, semua amalan yang dikerjakannya tidak akan diberi pahala oleh Allah, doanya tidak akan diangkat ke langit, dan dia tidak akan mendapat bagian dari doanya orang-orang saleh.

Hukuman yang menimpanya ketika mati adalah dia akan mati dalam kehinaan, dalam kelaparan, dan dalam kehausan. Meskipun ia diberi minum air seluruh lautan dunia, semua itu tidak mampu menghilangkan dahaganya.

Hukuman yang menimpanya dikubur adalah kuburnya menyempit sehingga tulang-tulangnya remuk tak karuan, dinyalakan di sana api yang membara siang-malam, dan ia dihidangkan kepada seekor ular yang bernama As-Suja al-Aqra. Kedua bola matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, dan panjang tiap kuku itu sejauh perjalanan satu hari. Ular itu terus-menerus melukai si mayit sambil berkata, ‘Akulah As-Suja al-Aqra!’ Seruannya bagaikan gemuruh halilintar, ‘Aku diperintah oleh Rabku untuk memukulmu atas kelakuanmu yang menunda-nunda salat subuh sampai terbit matahari, juga atas salat zuhur yang kau tunda-tunda sampai masuk waktu asar, juga atas asar yang kau tunda-tunda sampai magrib, juga atas magrib yang kau tunda-tunda sampai isya, dan atas isya yang kau tunda-tunda sampai subuh.’ Setiap kali ular itu memukulnya, ia terjerembab ke bumi selama 70 hasta.

Demikian keadaannya sampai datangnya hari kiamat nanti. Adapun hukuman yang menimpanya sekeluarnya dari kubur pada hari kiamat adalah hisab yang berat, kemurkaan Rab, dan masuk ke neraka.”

Dikisahkan, seseorang dari kalangan salaf turut menguburkan saudara perempuannya yang mati. Tanpa ia sadari sebuah kantong berisi harta yang ia bawa jatuh dan turut terkubur. Begitu pula dengan mereka yang hadir, tidak satu pun menyadarinya. Sepulang darinya, barula ia sadar. Maka, ia kembali ke makam dan ketika semua orang telah pulang ke tempat masing-masing ia bongkar kembali makam saudaranya itu. Dan ia pun terkejut begitu melihat api yang menyala-nyala dari dalam makam. Serta merta ia kembalikan tanah galian, dan pulang sambil bercucuran air mata. Mendapati ibunya, ia bertanya, “Duhai Ibunda, gerangan apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?” “Mengapa kau menanyakan,anakku?” ibunya balik bertanya. Ia pun menjawab, “Bunda, sungguh aku melihat kuburnya dipenuhi kobaran api.” Lalu, ibunya menangis dan berkata, “Wahaianakku, dulu saudara perempuanmu terbiasa meremehkan dan mengakhirkan salat dari waktunya.”

Ini adalah keadaan mereka yang mengakhirkan salat dari waktunya. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakannya?

Marilah kita memohon pertolongan kepada Allah agar kita selalu dapat menjaga salat pada waktunya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

Sumber: Al-Kabaair, Syamsuddin Muhammad bin Utsman bin Qaimaz at-Turkmani al-Fariqi ad-Dimasyqi asy-Syafii

Source: kafemuslimah.com

Hidup Sehat Cara Rasulullah SAW

Rasulullah saw adalah suri tauladan kita. Sekalipun beliau berkata bahwa kita lebih mengerti urusan dunia kita dari pada beliau, tetapi bukan berarti beliau tidak mengerti masalah-masalah duniawi, terutama hidup yang efektif dan sehat.

Bukan berarti beliau terbebas dari penyakit. Tapi, saat-saat kesehatan beliau mendapat musibah bisa dihitung dengan jari satu tangan. Berbeda dengan manusia sekarang, yang sangat rentan terserang penyakit.

Apa sih rahasianya? Berikut ini adalah muwashoffat hidup sehat beliau

1. SELALU BANGUN SEBELUM SUBUH
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu, sholat subuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :
- Berlimpah pahala dari Allah SWT
- Kesegaran udara subuh yg bagus untuk kesehatan / terapi penyakit TB
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan.

2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN
Rasulullah SAW selalu sentiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumaat beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. “Mandi pada hari Jumaat adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan pemakai harum-haruman” (HR Muslim).

3.TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN
Sabda Rasulullah SAW : “Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)“, (Muttafaq Alaih).
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda : Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan kesehatan.

4. GEMAR BERJALAN KAKI
Rasulullah SAW selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori-pori terbuka dan peredaran darah akan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.

5. TIDAK PEMARAH
Nasihat Rasulullah SAW: “Jangan Marah” diulangi sampai 3 kali. Ini menunjukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa. Ada terapi yang tepat untuk menahan marah :
- Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring
- Membaca Ta ‘awwudz, karena marah itu dari Syaithon
- Segeralah berwudhu
- Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati

6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA
Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT.

7. TAK PERNAH IRI HATI
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.
:Ya Allah,bersihkanlah hatiku dari sifat sifat mazmumah dan hiasilah diriku dengan sifat sifat mahmudah.

Source: Internet

Followers