Assalamu'alaikum. Selamat datang di blog yang saya buat jauh dari sempurna ini. Semoga bermanfaat...

MasyaAllah

Saturday, June 21, 2008

Ala Bisa Karena Biasa

Mitranetra, 20 October 2006

Bau minyak tawon yang menyetubuhi suasana sepi menyambut kedatangan Ati. Perempuan berusia 26 tahun itu maklum. Rumah berbentuk"L" di kawasan Ciledug yang didatanginya siang itu adalah sebuah panti pijat. Sepertinya sang tuan rumah baru saja memijat seorang pasien.

"Silakan masuk, mbak" seorang lelaki buta menyambutnya. Rusidi, itulah namanya. Lelaki berusia 30-an itu baru selesai menyapu ruangan. Rupanya ia sedang siap-siap menerima kedatangan Ati yang memang telah diberitahukan sebelumnya.

Ati kagum. Tadi, ia sempat melihat tuan rumah yang sedang menyapu lantai tempat tinggalnya. Meski sesekali tongkat sapunya berderak mengadu kaki meja kursi, tapi orang buta itu ternyata berhasil membersihkan ruangan itu hingga tak satu pun sampah tersisa.

Mengikuti tuan rumah. Ati melangkah ke dalam ruangan dimana beberapa bangku dan sebuah meja plastik terpasang. Itu adalah ruang tamu. Ati duduk di sana.

"Saya bikinin minuman dulu, mbak ya," Rusidi melangkah ke ruang samping. Beberapa peralatan makan dan toples gula dan kopi terlihat di meja di ruangan mirip lorong itu. Tapi, tak ada wastapel di situ. Di ujungnya, sebuah kamaar mandi dengan pintu yang sedikit terkuak menebarkan bau sabun.

Sembari menunggu, Ati mengedarkan pandangan ke tiga ruangan lain yang berderet-deret di samping kanannya. Ruangan yang disekat dengan triplek itu adalah tempat Rusidi dan kedua orang temannya memijat pasien-pasien mereka. Dan dari situlah bau minyak tawon itu berasal. Ia juga memperhatikan dengan seksama semua yang dilakukan tuan rumahnya.

Perempuan yang bekerja di sebuah salon kecantikan di daerah Margonda itu Heran. Bbagaimana tuan rumah itu tahu letak benda-benda di sekelilingnya, padahal dia tak melihatnya. Ia juga tak habis mengerti demi menyaksikan Rusidi menuangkan air panas dari termos ke gelas. Meski kedua matanya tak berfungsi, tapi dia dengan cekatan membuatkan minuman buat tamunya. Menyiapkan gelas bersih, mengisinya dengan teh dan gula, lalu menuangkan air panas ke dalamnya. Tak setetes pun air tumpah seperti yang sebelumnya diduga Ati.

Ini adalah kali pertama Ati bertemu orang buta. Sebelumnya, meski sering mendengar bahwa orang-orang buta memiliki indera yang sangat peka, tapi baru kali ini ia membuktikannya.

Sebelumnya Ati ragu mendatangi panti pijat itu. Ia belum pernah melihat si tuan rumah. Cuma suara lelaki itu yang beberapa kali dedengarnya, itu pun lewat telepon. Saat itu, Rusidi mengaku kenal Ati dari seorang teman. Tapi, karena dorongan rasa ingin tahu, gadis berusia 23 tahun itu memberanikan datang ke tempat itu.

Hanya satu jam gadis berjilbab lebar itu beradda di tempat Rusidi. Tapi itu sudah cukup membuatnya kagum pada kepekaan indera orang-orang buta. Dia bahkan nyaris merasa yakin kalau setiap orang buta memiliki kepekaan inderawi dibanding mereka yang berpenglihatan.

ooOOOoo

Pertemuan di pertengahan tahun 1998 itu tak berlanjut. Cuma sekali kemudian Ati berkunjung ke tempat itu. Tapi, nasib membawa Ati bertemu ddengan seorang buta yang lain. Pertemuan yang kedua itu jauh lebih serius, karena menjadi penentu masa depannya.

Itu terjadi di awal tahun 2006, dan Lelaki buta bernama Ismail itu melamarnya. Dan hanya dua bulan kemudian mereka sudah menjadi suami istri.

Seolah membangkitkan kenangan masa lalunya, lelaki yang kini jadi suaminya itu beberapa kali menunjukkan bahwa indera orang buta jauh lebih peka dari orang kebanyakan.

Sekali peristiwa suaminya pernah mengingatkan Ati tentang air yang kelewat mendidih. Sebagian bahkan telah habis menguap, karena terlalu lama dikompori. Padahal, saat itu dirinya berada di dekat kompor gas, sementara suaminya baru saja keluar dari kamar mandi.

Kali yang lain, suaminya juga mengingatkannya kalau Ati lupa memakai helm. Saat itu mereka tengah berada di atas motor, dan ia tak sadar kalau kepalanya tak berhelm.

Tak jarang pula suaminya berhasil menenggarai keberadaan Ati, meski lelaki itu asyik mengetik di depan komputer bicara. Padahal, Ati sudah berusaha berendap mendekati sang suami agar tak ketahuan.

Selain dari suami, Ati juga banyak mendapatkan pelajaran dari para buta lain. Ia dan suaminya memang tinggal di asrama orang buta milik Yayasan Raudlatul Makfufin (Yarfin), sebuah lembaga kebutaan yang bergerak di bidang pembinaan agama Islam.

Ati sering kali melihat bagaimana orang-orang buta itu mendeteksi barang-barang pribadinya di meja, atau lemari, atau pakaian yang kadang bertumpuk-tumpuk di atas jemuran.

Orang-orang buta itu tampaknya selalu berhasil menemukan barang-barang tersebut dengan hanya meraba atau mencium baunya. Mereka seolah menemukan fungsi mata pada setiap jemari, juga pada setiap lubang hidung, atau daun telinganya.

Tapi, Ati beberapa kali menemui orang buta yang kebingungan mencari barang-barang miliknya. Biasanya hal itu terjadi jika barang-barang tersebut dipindahkan orang lain. Karena itu, Ati selalu mengingatkan dirinya untuk tidak memindahkan sembarangan barang-barang yang ditaruh suaminya, atau penghuni asrama yang lain, dari tempatnya semula. Ia kini tahu, setiap perpindahan berarti tambahan energi sia-sia yang harus dikeluarkan untuk menemukannya kembali.

Berkat pergaulannya yang cukup intensif dengan orang-orang buta itu, Ati tak lagi beranggapan bahwa kepekaan inderawi yang mereka miliki itu datang begitu saja. Itu bukanlah hadiah yang bisa diraih oleh setiap orang karena kebutaannya. Sebaliknya, kemampuan itu mereka dapatkan karena terbiasa menggunakan indera-indera selain mata sebagai alat pendeteksi.

Ati tahu, kemampuan para buta itu sesuai pepatah,"Ala Bisa Karena Biasa".

Ismail Prawira Kusuma

No comments:

Followers